NASIONALISME CINA
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Sejarah Asia Timur
Dosen Pengampu : Ririn Darini M.Hum
Dosen Pengampu : Ririn Darini M.Hum
Disusun Oleh:
Ermawan 11407141042
ILMU SEJARAH
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2012
A.
Latar Belakang
·
Pendahuluan
Dinasti Manchu (Dinasti Ching) memerintah di Cina sejak
tahun 1644 sampai 1912. Dinasti ini dianggap dinasti asing oleh bangsa Cina
karena dinasti ini bukan keturunan bangsa Cina. Masuknya pengaruh Barat
menyebabkan munculnya gerakan rakyat yang menuduh bahwa Dinasti Manchu sudah
lemah dan bekerja sama dengan imperialis Barat. Oleh karena itu muncul gerakan
rakyat Cina untuk menentang penguasa asing yaitu para imperialis Barat dan
Dinansti Manchu yang juga dianggap penguasa asing. Munculnya gerakan nasionalisme
Cina diawali dengan terjadinya pemberontakan Tai Ping (1850 – 1864) dan
kemudian disusul oleh pemberontakan Boxer.
·
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana awal
terjadinya pergerakan nasionalisme Cina?
2.
Mengapa terjadi
nasionalisme di Cina?
3.
Seberapa besar
kah tokoh Dr. Sun Yat Sen dalam pergerakan nasionalisme Cina saat itu?
·
Tujuan Penulisan
1.
Menjelaskan
tentang hal-hal apa yang menjadi andil besar dalam pergerakan nasionalisme di
Cina.
2.
Menyebutkan
sebab-sebab yang menjadikan dalang terjadinya nasionalisme Cina saat itu.
3.
Menjelaskan
tentang pengaruh Dr. Sun Yat Sen dalam pergerakan nasionalisme di Cina.
B.
Pembahasan
Nasionalisme
China
Dinasti terakhir kekaisaran
Cina adalah dinasti Manchu yang memerintah sekitar tahun 1644 sampai dengan
1912 yang berasal dari Asia Tengah, sehingga sebenarnya merupakan dinasti asing
bagi rakyat Cina. Kaum atau penduduk bangsa Manchu adalah seorang tuan-tuan
tanah besar yang telah memmiliki hak-hak istimewa. Dalam abad ke 19 kekaisaran
Cina dalam keadaan lemah, sehingga tidak mampu menghadapi kekuasaan Eropa.
Akibat kekalahannya dalam perang candu, Cina harus menyerahkan Hongkong dan
lima pelabuhan harus dibuka bagi bangsa Eropa saat itu.[1] Dalam
perang dengan Jepang pada tahun 1894-1895 kekaisaran Cina juga kalah dan
terpaksa harus melepaskan Formosa kepada Jepang berdasarkan perjanjian
Syimonoseki.[2]
A.
Runtuhnya Dinasti Manchu
Mulai
pertengahan abad ke-17 ( 1644), Cina berada di bawah kekuasaan dinasti asing
yakni Dinasti Machu. Di bawah pemerintahan Kaisar K'ang Hsi (1662–1722) dan
Ch'ien Lung (1736–1796), Cina mengalami masa kejayaan. Akan tetapi, setelah
meninggalnya kedua kaisar tersebut. Dinasti Manchu berangsur-angsur mengalami
kemunduran dan akhirnya runtuh.
1) Perang Candu
(1839–1842).
Gerakan kebangsaan Cina tidak hanya berjuang untuk
pembaharuan, tetapi juga untuk menentang pengaruh orang asing, dan meruntuhkan
dinasti Manchu seperti yang telah dijelaskan diawal tadi.[3]
Berawal dari aktivitas Inggris yang
memasukkan candu secara besar-besaran ke Cina tanpa membayar bea cukai
menyebabkan Cina (Lin Tse Hsu) membuang 20.000 peti candu seharga 9 juta dollar
ke laut. Hal ini menimbulkan ketegangan antara Cina dan Inggris sehingga
meletuslah Perang Candu. Perang berakhir dengan kemenangan Inggris dan diakhiri
dengan Perjanjian Nanking, 29 Agustus1842.
Perjanjian Nanking isinya, antara lain sebagai
berikut:
a) Cina menyerahkan
Hongkong kepada Inggris.
b) Cina mengganti
kerugian perang sebesar 6 juta dollar.
c) Lima kota
pelabuhan (Canton, Amoy, Foochow, Ningpo, dan Shanghai) dibuka untuk
perdagangan asing.
Kekalahan Cina dalam Perang Candu ini mengakibatkan martabat
bangsa Cina menurun dan suramnya Dinasti Manchu di dunia internasional.
2) Pemberontakan
T'ai Ping.
Pemberontakan ini dilakukan oleh rakyat Cina yang
bertujuan untuk menggulingkan kekuasaan Dinasti Manchu. Adapun sebab-sebab
timbulnya pemberontakan T'ai Ping, antara lain sebagai berikut:
a) Lenyapnya
kepercayaan rakyat Cina terhadap Dinasti Manchuakibat kekalahannya dalam Perang
Candu.
b) Rakyat yang
sudah menderita masih dibebani pajak yang tinggi untuk ganti kerugian perang.
c) Timbulnya
semangat nasionalisme.
d) Berkembangnya agama
Kristen Pemberontakan meletus pada tahun 1851 di Kwangsi di bawah pimpinan Hung
Hsiu Chuan. Dengan paham Kristennya, Hung ingin membebaskan rakyat Cina dari
kekuasaan Dinasti Mancu yang korup dan bobrok. Di Nanking, Hung Hsiu Chuan
berhasil mengangkat dirinya menjadi raja dengan gelar T'ien Wang (Kaisar
Langit) dan kerajaannya dinamakan T'ai Ping Tien Kuo (Kerajaan Surga yang
Abadi). Namun, pemberontakan ini akhirnya berhasil dipadamkan oleh Dinasti
Manchu pada tahun 1864.
3) Perang Cina
Jepang I (1894–1895)
Lama sebelum perang berlangsung, Korea adalah negeri
jajahan Cina. Namun, mulai 1894 Jepang menaruh perhatian yang sangat besar
kepada Korea sehingga berusaha merebutnya dengan melawan Cina. Perang berakhir
dengan kemenangan Jepang dan diakhiri dengan Perjanjian Shimonoseki, 17 April
1895. Perjanjian Shimonseki isinya, antara lain sebagai berikut:
a) Cina mengakui
kemerdekaan Korea.
b) Cina harus
menyerahkan Kepulauan Pescadores dan Taiwan kepada Jepang.
c) Cina harus
membayar ganti kerugian besar sebesar 200 juta tael.
4) Pemberontakan
Boxers
Gerakan Boxers semula anti terhadap Dinasti Manchu,
namun oleh Kaisar Janda Tua, yakni Ibu Tzu Hsi, kemudian dibujuk supaya anti terhadap
Barat. Boxes mengepung perwakilan Barat yang ada di Peking. Karena merasa
terancam, negara-negara Barat yang mempunyai perwakilan di Peking kemudian
membentuk pasukan internasional. Berkat pasukan internasional gerakan Boxers
berhasil dipadamkan dan diakhiri dengan Protokol Peking 1901.
B.
Timbulnya Nasionalisme Cina
Sebab-sebab timbulnya nasionalisme Cina adalah sebagai
berikut:
1) Lenyapnya
kepercayaan rakyat Cina terhadap Dinasti Manchu. Dinasti Manchu yang pernah
membawa kejayaan Cina, kemudian menjadi pudar setelah kedua kaisar besar (K'ang
Hsi dan Ch'ien Lung) meninggal. Akibatnya, lenyap pula kemakmuran Cina.
2) Pemerintahan
Manchu dianggap kolot dan telah bobrok.
3) Adanya
korupsi dan pemborosan yang merajalela, terutama di kalangan Istana Manchu.
4) Kekalahan
Cina dalam Perang Cina–Jepang I.
5) Munculnya
kaum intelektual Cina. Mereka telah mengenal pahampaham Barat, seperti
liberalisme, nasionalisme, dan demokrasi. Dari kaum intelektual inilah kemudian
muncul cita-cita untuk menggulingkan pemerintahan Manchu.[4]
C.
Ajaran Dr. Sun Yat Sen
Kekalahan
demi kekalahan diderita oleh Cina akibat pemerintahan Manchu yang makin lemah.
Hal ini menyadarkan rakyat Cina, terutama kaum muda untuk bangkit menyelamatkan
bangsa dan negaranya. Dari kelompok inilah, kemudian tampil salah seorang tokoh
nasional Sun Yat Sen.[5] Ajarannya
San Min Chu I (Tiga Asas Kerakyatan), yakni min t'sen (kebangsaan atau
nasionalisme), min tsu (kerakyatan atau demokrasi ), dan min sheng (kesejahteraan
atau sosialisme). Dengan asas San Min Chu I, Sun Yat Sen bercita-cita setelah
Manchu runtuh akan dibentuk satu pemerintahan pusat yang demokratis. Di samping
itu, akan mengangkat harkat dan martabat bangsa Cina sejajar dengan
negara-negara Barat. Ia berhasil mengadakan pendekatan kepada rakyat dan
menghimpun kekuatan rakyat di Cina Selatan untuk menggulingkan Manchu. Pada
tanggal 10 Oktober 1911 meletuslah revolusi di Wuchang (Wuchang Day) di bawah
pimpinan Li Yuan Hung dan berhasil menggulingkan kekuasaan Manchu. Itulah
sebabnya, tanggal 10 Oktober 1911 kemudian dijadikan hari Kemerdekaan Cina.
Dengan Revolusi Cina 1911, berarti runtuhlah kekuasaan Manchu. Selanjutnya,
pada tanggal 1 Januari 1912 Sun Yat Sen dipilih sebagai Presiden Cina yang baru.
Saat itu, wilayah Cina baru meliputi wilayah Cina Selatan dengan Nanking
sebagai ibu kotanya. Cina Utara diperintah oleh Kaisar Hsuan Tsung (yang masih
kanak-kanak) dengan didampingi oleh Yuan Shih Kai menyerahkan kekuasaan kepada
rakyat Cina (12 Februari 1912). demikian berakhirlah kekuasaan Manchu di Cina.
Wuilayah Cina Selatan dan Cina Utara berhasil dipersatukan. Yuan Shih Kai yang
turut menandatangani penyerahan kekuasaan dan diberi kekuasaan untuk
mengaturnya. Ia pun berambisi besar untuk menjadi presiden. Demi tetap tegaknya
Republik Cina dan untuk terhindar dari perang saudara maka Sun Yat Sen
mengundurkan diri dari jabatan presiden (15 Februari 1912) dan menyerahkannya
kepada Yuan Shih Kai. Sun Yat Sen mengundurkan diri ke Canton pada bulan Agustus
1912 dan mendirikan Partai Kuo Min Tang (nasional) dengan asas San Min Chu I.
Pada perkembangannya, setelah Yuan Shih Kai menjadi presiden, ia bertindak
diktator seperti kaisar. Pada tahun 1916, Yuan Shih Kai meninggal sehingga
memberi kesempatan Sun Yat Sen kembali memimpin Cina Selatan. Di Cina Utara
kemudian berdiri Partai Kung Chang Tang (komunis) di bawah pimpinan Li Li-san
sebagai tandingan Partai Kuo Min Tang. Sun yat Sen bercita-cita untuk
menyatukan seluruh Cina, namun sayang citacitanya belum terwujud telah
meninggal dunia ( 1925) dan digantikan oleh Chiang Kai Shek.
D.
Peran Dr.
Sun Yat Sen Dalam Nasionalisme di Cina
Salah satu tokoh nasionalis Cina adalah Dr.
Sun Yat Sen. Berikut ini simaklah perjuangan Dr. Sun Yat Sen . Dr. Sun Yat Sen
merupakan tokoh nasionalis Cina ternama. Ia mencita-citakan Cina baru yang
didasarkan San Min Chu I (Tiga Sendi Kedaulatan Rakyat) yaitu nasionalisme,
demokrasi dan sosialisme.
Revolusi nasional di bawah pengaruhnya meletu di Wuchang 11 Oktober 1911.
Mulanya revolusi ini berperan di Cina Selatan, sementara Cina Utara masih
dikuasai orang Manchu (kaisar Pu Yi) dan para Warlord. Demi membentuk Cina bersatu (utara dan
selatan) ia rela menjadi presiden jendral Yuan Shih Kai 1911-1916 (salah satu
Warlord yang berpengaruh). Sementara Dr. Sun Yat Sen mengundurkan diri ke
Kanton dan mendirikan KuoMinTang (Partai Nasionalis). Antara 1916-1922 di Cina
terjadi kekacauan dan akhirnya dapat dipadamkan dan Dr. Sun Yat Sen menjadi
preesiden sampai akhir hayatnya 1924.Pengganti Dr. Sun Yat Sen adalah Chuang
Kai Shek.
Chiang
berhasil mengalahkan panglima perang. Keberhasilan Chiang ditopang oleh cara
agen komunis yang mempengaruhi rakyat(petani di Utara) untuk menentang para
panglima perang. Tetapi Chiang khawatir kaum komunis akan berbalik
menentangnya. Kemudian, dia memerintahkan pembantaian para pendukung kaum
komunis. Jenderal Chiang Kai Sek dan kaum komunis walaupun telah berjuang
bersamasama, tetapi satu sama lain tidak saling percaya. Salah seorang komunis
yang bernama Mao Zedong selamat dari pembantaian itu. Kemudian dia memimpin
perlawanan dengan membentuk pemerintahan yang berkiblat kepada Soviet. Akhirnya
pasukan Mao berjaya. Tahun 1949, Mao mendirikan Republik Rakyat Cina (RRC).
Sementara Chiang Kai Shek yang di dukung Amerika Serikat namun tidak di dukung
oleh rakyat (petani) beserta pendukungnya meninggalkan Cina daratan maupun
lautan melanjutkan pemerintahan menurut garis politik kuo Min Tang.
E.
Simpulan
Cina merupakan negara yang memiliki sejarah
cukup tua. Negara ini diperintah oleh berbagai dinasti. Kepala pemerintahannya
disebut kaisar. Salah satu dinasti asing yang pernah menguasai Cina adalah
dinasti Manchu (dinasti Ching) 1644 – 1912 yang berasal dari Manchuria.Dari
keterangan di atas, apakah Anda dapat menduga bagaimana munculnya nasionalisme
dari negara tersebut? Kalau belum bisa, simaklah uraian selanjutnya.
Nasionalisme Cina tersulut setelah rakyat kecewa terhadap penguasa Manchu yang
dinilai bukan dinasti keturunan Cina. Kebencian itu semakin memuncak setelah
bangsa Inggris mengungguli pasukan kaisar dalam Perang Candu tahun 1842. Kaisar
dinilai lemah dan bertanggung jawab atas penderitaan rakyat Cina akibat
penjajahan bangsa Eropa, AS dan Jepang. Akhirnya revolusi pun pecah. Kaisar
Manchu tahun 1911 digulingkan oleh rakyatnya sendiri dan Cina menjadi republik.
Namun republik ini rapuh karena panglima perangnya saling bertikai.
Daftar Pustaka
Drs.
Abdul Hamid, dkk.1981. Sejarah Umum.
Jakarta: PT.Grafitas
[2]
Perjanjian antara Dinasti Qing dari Cina dan Kekaisaran Jepang yang mengakhiriPeperangan Jiawu.
Perjanjian ditandatangani 17 April 1895 dalam Konferensi Perdamaian Shimonoseki yang berlangsung dari 20 Maret hingga 17 April
1895 di kota Akamagaseki.
[5] Dr Sun
Yat Sen adalah seorang pemimpin kunci revolusi
Cina dan diakui secara luas sebagai Bapak Negara Cina Modern, baik di Cina
Daratan maupun Taiwan.